Tersambut pagi, terbangun seorang lelaki kecil, sebut saja Kara.
Lelaki yang belum bisa mengerti apa arti kehidupan. Ia memulai hari hari nya dengan penuh semangat, walaupun ia sedang berjalan di tengah tengah kegelapan. Ia tak pernah tau dimana ujung kegelapan ini, ia seakan tidak pernah melihat cahaya sedikitpun dari gelap nya kehidupan. Terkadang ia berpikir "kenapa aku harus menjalani kehidupan yang melelahkan ini ?".
Puluhan cobaan sudah ia lewati, ratusan cacian sudah ia nikmati, bahkan ribuan peluru yang menghujam ke ulu hati. Sementara waktu masih terus berjalan tanpa satupun harapan yang terbebas dari kegelapan. Bertahun tahun Kara kecil menjalani semua kehidupan nya dengan penuh tekanan, namun itu tidak mematahkan semangatnya yang sudah mendarah daging.
Apakah dia sanggup ?. Mungkin sebenarnya tidak, tapi mau bagaimanapun juga kehidupan dan waktu terus berlomba lomba, dan ia percaya bahawa pasti ada garis ujung dari semua ini.
Tahun demi tahun ia jalani semua nya dengan tertatih, ternyata perjalanan nya tidak semulus yang ia kira, ia tidak menemukan apa - apa selain kegelapan. Sampai suatu hari tanpa sengaja ia menginjak sebuah tali kecil, "cuma tali", ia bergumam dalam hati. Ia membuang tali kecil itu dan pergi melanjutkan perjalanan nya di antara kegelapan. Dengan penuh harapan, ia masih percaya bahwa akan ada akhir dari semua kegelapan ini.
Di tengah perjalanan nya, kembali tanpa sengaja ia menginjak sebuah tali kecil, dengan sikap yang sama ia membuang tali kecil itu dan melanjutkan perjalannya. Di tengah perjalanan nya, sekali lagi tanpa sengaja ia menginjak tali kecil, dan dengan penuh emosi ia melempar tali kecil itu sangat jauh. Ia kembali melanjutkan perjalanan nya dengan penuh harapan dan asa yang sudah tersusun rapih di kepala. Namun, tetap hal yang sama yang ia dapatkan, hanya sebuah tali kecil.
Sekian lama ia berjalan bersanding dengan kegelapan, seketika ia menemukan sebuah cahaya kecil di hadapan nya. Sontak ia berlari menuju sumber cahaya tersebut, ia berlari sekencang - kencang nya sampai tidak memperdulikan lagi dengan apa yang akan dia lewati. Ia hanya mengandalkan kekuatan nya untuk sampai di sumber cahaya tersebut, Namun siapa sangka, semakin kencang ia berlari, sumber cahaya tersebut malah semakin jauh. Ia tidak perduli, ia hanya ingin sampai ke sumber cahaya itu, di tengan pelarian nya yang penuh harapan, ia terbentur oleh sesuatu yang tak kasat mata. Ia berpikir, itu hanya halusinasi yang berusaha meruntuhkan tekad nya, ia kembali berlari tanpa memperdulikan apapun yang ada di hadapan nya. Terbentur, Tersandung, bahkan terjatuh, yang ada di kepala nya hanya cahaya cahaya dan cahaya.
"Tuhan, jika ini jalanmu maka berikan aku kekuatan untuk sampai kesana", ia berdo'a di antara lelah, sementara cahaya nya semakin redup seakan menjauh meninggalkannya. Ia terus berlari dan seketika terhenti. Ia terdiam dan mulai berpikir "bagaimana caranya agar perjalananku lencar sampai ke cahaya itu ?". Pandangan nya tidak pernah lepas dari cahaya tersebut, dia berpikir kembali "Bagaimana kegelapan ini bisa hilang dan berganti dengan terang ?". "Cahaya !!, lalu bagaimana caranya aku menciptakan cahaya untuk ku sendiri sementara aku tidak punya pematik api ?". Ia terdiam, pikiran nya bercampur tidak karuan, namun tujuan tetap tujuan. Ia kembali berjalan perlahan sambil berpikir, dan tanpa sengaja ia menginjak sebuah tali kecil lagi. Ia semakin emosi hampir tidak terkendali, namun ia terdiam sejenak dan mendengarkan kata hati nya, "Kara, gunakan apapun yang kamu punya". Seketika ia berteriak dalam hati "Aku tidak punya apa - apa !!, apa yang harus ku perbuat ?".
Ia memandangi tali kecil dan menggenggam nya dalam kepalan tangan yang penuh emosi, berharap bisa membantu pikiran nya untuk menemukan bagaimana caranya menciptakan cahaya. Lalu ia membuang kembali tali kecil itu, ia kembali berpikir, memohon sambil berdo'a. Ia menggesekkan kedua tangan nya, gelisah tercampur dengan lelah, hampir tidak ada lagi semangat dalam diri nya. Tanpa di sadari ia merasakan rasa hangat di telapak tangan nya, ia membuka mata dan menggesekkan telapan tangan nya dengan sangat cepat, semakin hangat, hampir terasa panas.
Tersadar bahwa selama ini ternyata ia sudah mempunyai bahan yang bisa menciptakan cahaya, namun ia membuangnya. Dengan penuh penyesalan lalu ia kembali menelusuri jalan yang sudah ia lewati sebelumnya. walaupun gelap, tertatih dan penuh rasa lelah, ia berjalan perlahan berharap menemukan apa yang ia butuhkan selama ini.
Dengan susah payah ia mencari, sampai akhirnya ia menemukan tali kecil pertama yang sudahia buang, lalu ia kembali mencari tali kecil lain nya, perjalanannya sama dengan perjalanan yang ia lewati selama meninggalkan tali kecil sebelum nya.
Setelah beberapa waktu berlalu, ia menemukan lagi tali kecil lain nya, lalu ia mencoba menggesekkan kedua tali kecil itu dengan keras, tidak semuda yang ia kira, namun ia tetap berusaha. Keringat sudah bercucuran, lelah sudah berkuasa atas diri nya, namun semangatnya masih menyala seperti saat pertama kali ia melihat sumber cahaya.
Ia berusaha dan berjuang sekuat tenaga hanya untuk menciptakan cahaya dari gesekan kedua tali kecil tersebut. Tidak perduli berapa lama ia harus menggesekkan kedua tali tersebut, ia hanya tau berusaha dan berusaha. Sampai akhirnya ia melihat percikan api dari gesekan tali kecil tersebut, semakin keras ia menggesekkan tali tersebut sampai terciptalah api dari gesekan nya.
Lalu ia bangkit dan tersenyum sambil berkata dalam hati "terima kasih Tuhan sudah menjawab do'aku, sekarang ijinkan aku berusaha". Ia berlari mencari tali tali lain untuk di gabungkan nya jadi satu dengan tali yang sudah menyala api. Semakin banyak tali yang ia dapatkan maka semakin besar juga api yang tercipta, dan itu bisa menjadi sumber cahaya untuknya dalam menjalani semua kehidupan di antara kegelapan nya.
Akhirnya ia mengerti bahwa terang bukan lah anugerah yang bisa langsung dia nikmati, tapi terang adalah sebuah titik dimana seseorang akan berpikir bagaimana caranya menciptakan terang dari apa yang dia punya. Sudah banyak tali yang ia temukan seiring berjalannya waktu, tahun demi tahun ia kumpulkan semua tali kecil yang ia temukan dimanapun ia berpijak. Semakin besar api yang ia ciptakan, "masih kurang !!", ucapnya dalam hati.
Ia kembali menelusuri perjalannya, namun ia sudah bisa melihat apa yang ada di hadapannya ketika ia berjalan, walaupun belum sampai ke sumber cahaya yang ia mau, setidaknya ia sudah mempunya penerangan untuk perjalanannya agar ia tau harus lewat mana ia berjalan. Namun ia lupa, yang sedang bersamanya adalah api, yang kapan saja bisa membunuh dirinya sendiri.
Di tengah perjalanan nya ia melihat bayangan seseorang di antara samarnya penglihatan. Ia berjalan perlahan menuju orang tersebut, setelah ia sampai di hadapan orang itu ia berkata dalam hati "Tuhan, apa lagi yang ingin Kau sampaikan kepadaku ?". Mereka saling bertatapan, orang itu memandangi Kara dengan begitu tajam, seolah ingin menyampaikan sesuatu, tapi apa ?
To Be Continued...